Senin, 23 Juli 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN DAN PEMATAHAN MASA DORMANSI

OLEH :



ELVIN SURYANA
BP. 1101361001




DOSEN PEMBIMBING :

Ir. Hj. NELSON ELITA, MP


 









PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN  NEGERI PAYAKUMBUH
2012




I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar  Belakang
Benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak atau mengkembangbiakkan tanaman itu sendiri. Benih yang baik dapat diperoleh dari biji yang baik, biji merupakan hasil dari penyerbukan suatu tanaman berupa mahluk hidup yang melakukan pernapasan (respirasi) dan mengeluarkan energi berupa panas. Energi yang terbentuk selama pernapasan digunakan untuk perombakan dan penguraian zat-zat kimia dalam biji. Di dalam biji terkandung zat kimia seperti karbohidrat (amilosa dan amilopektis) yang merupakan bagian terbesar dari biji, namun lain halnya pada jeruk (Ricinus comunis) yang tidak mengandung karbohidrat tetapi hanya lemak.
Dengan menggunakan energi dan air zat kimia yang kompleks dalam biji diubah menjadi zat kimia yang sederhana dan mudah larut dalam air, zat ini dibawa ke bagian titik tumbuh biji (embrio).
Sampai saat ini meskipun benih merupakan salah satu faktor yang dapat memaksimumkan hasil produksi, masalah benih di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang cukup memadai dari kalangan ilmuan bidang pertanian sehingga seringkali tanaman tidak mencapai hasil yang maksimum. Saat ini benih hanya dianggap sebagai salah satu sarana produksi dalam budidaya tanaman padahal petani sangat membutuhkan benih yang bermutu dan hal ini bisa dijadikan peluang usaha bagi ilmuan yang memfokuskan diri di bidang perbenihan karena saat ini petani tidak hanya membutuhkan biji yang sekadar dapat hidup atau tumbuh, tetapi sebagai tanaman embrional mini yang dapat dipertanggung jawabkan mutu fisik dan fisiologisnya untuk tumbuh dan berkembang secara maksimum.
Dormansi yaitu biji yang tidak dapat berkecambah walaupun keadaan lingkungan menguntungkan. Adapun biji yang mengalami masa dormansi yang disebabkan karena:
·         Adanya zat penghambat
·         Kulit biji yang keras
·         Embrionya yang dorman (dalam keadaan istirahat)
Senyawa kimia yang terdapat pada daging buah atau pada biji itu sendiri dapat menjadi zat penghambat, misalnya HCL (asam cianida). Zat penghambat ini dapat dihilangkan dengan beberapa cara:
1.    Merendan atau mencuci biji tersebut dengan air.
2.    Memperlakukan biji dengan suhu yang berbeda, dengan interval suhu antara 12 derajat celcius sampai 30 derajat celcius.
3.    Zat penghambat itu dapat dihilangkan dengan sendirinya akibat penebarannya dalam tanah dan juga akibat penetralan zat kimia yang berada dalam tanah.
Pada umumnya benih dapat berkecambah pada suhu 18-31 derajat celcius karena persediaan air dalam biji cukup, biji mampu tumbuh tanpa menyerap airdari luar terlebih dahulu, kemudian disemai tidak mampu tubuh sempurna karena keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan embrio tumbuh dalam biji (internal sprouting) atau biji tumbuh sewaktu dalam buah (papaya, melon, jeruk) , dalam hal ini pematangan biji diambil dari hasil proses pematangan buah. Oleh karena itu selain lingkungan diatas, tingkat ketuaan biji sangat menentukan. Makin tua biji suatu tanaman akan makin cepat biji tersebut berkecambah.
Meresapmya air melelui kulit biji kedalam biji sangat dipengaruhi oleh beberapa factor:
·         Permeabilitas ( kemudian kulit biji ditembus air) melalui proses imbibisi.
·         Umur biji yang cukup tua, lebih mudah melakukan proses imbibisi sesuai kandungan air dalm biji yang telahmenyusut.
       Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya   sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.

Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik  Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
·         Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, Malvaceae, Solanaceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.

·         Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embri
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada  dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera

·         Adanya zat penghambat
Penghambat perkecambahan terdapat dibeberapa tempat dalam buah atau biji. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormasi fisiologis (embrio)   Pada tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih yang dibedakan atas morfologi dan fisiologi.
·         Morfologi
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih dengan embrio yang belum sempurna dijumpai contohnya pada Aracaceae (palm). Pada benih-benih dengan tipe dormansi ini karena embrionya belum sempurna, sehingga perkecambahannya perlu ditunda, untuk itu benih-benih ini sebaiknya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya  tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna.

 Fisiologis(ketidakmasakanembrio)
        Benih-benih dengan tipe dormansi secara fisiologis belum masak, artinya belum mampu membentuk zat yang diperlukan untuk perkecambahan. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun tergantung jenis benih.


1.2. Tujuan
          Adapun tujuan pelaksanaan praktikum adalah :
1.        Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang benih
2.        Mengetahui benih yang mengalami masa dormansi
3.        Dapat melakukan penanganan dan pematahan benih yang mengalami masa dormansi
4.        Melindungi biji dari serangan hama dan penyakit
5.        Melakukan pengamatan terhadap biji yang akan dijadikan sebagai benih
6.        Mendapatkan biji yang bermutu








II. PELAKSANAAN PRATIKUM
            Tanaman yang akan dilakukan perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji adalah mangga, jeruk, bawang merah, apel, melinjo dan kelapa sawit dengan alat dan bahan yang digunakan antara lain :

Alat  :
a.         Seed bed
b.        Pisau
c.         Batu Asah
d.         Kantong Plastik
e.         Kantong Kertas
f.           
Bahan  :
a.                Mangga
b.                Jeruk
c.                Bawang merah
d.                Melinjo
e.                Kelapa sawit
f.                 H2SO4 1-5 %
g.                ZPT IAA
h.                Tanah dan pupuk kandang


          Pelaksanaan :
1.     Pelaksanan Minggu I
Ø  Seleksi biji dan kupas kulit biji serta bersihkan kulit umbi bawang merah
Ø  Simpan biji yang telah diseleksi selama 1 minggu
Ø  Amati selama penyimpanan biji dan umbi tersebut


2.     Pelaksanaan Minggu II
a.  Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Gambar 1. Alat dan bahan Yang digunakan
b.  Lakukan pematahan masa dormansi dengan memberikan perlakuan :
·      Merendam biji dengan menggunakan IAA selama 15 menit untuk biji mangga,jeruk, dan melinjo.
·      Untuk bawang merah, biji tidak kita rendam secara keseluruhan akan tetapi dengan memotong 1/3 bagian pada bagian atas kemudian dicelupkan pada cairan IAA
Gambar 2. Bawang Yang dicelupkan
·      Untuk kelapa sawit pematahan masa dormansi dilakukan dengan merendam biji kelapa sawit dengan larutan h2so4 selama satu jam.
·      Setelah dilakukan pematahan masa dormansi, biji dikecambahkan pada seedbed yang telah berisi media tanah dan pupuk kandang serta lakukan penyiraman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban biji, selama biji dikecambahkan jangan sampai tergenang karena akan membuat biji menjadi busuk
    
Gambar 3. Bibit Yang Dikecambahkan
·      Lakukan pengamatan terhadap biji yang dikecambahkan tersebut.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
       3.1 Hasil
Komoditi
Di kecambahkan
%  tumbuh
Titik tumbuh
Jumlah daun
Sawit
2  biji
0
-
-
Melinjo
22  biji
0
-
-
Mangga
2  biji
0
-
-
Jeruk
26  biji
15,3 %
-
-
Bawang merah
10 buah
100%
30cm
7 helai

      3. 2  Pembahasan
      Berdasarkan praktek yang telah dilaksanakan di laboratorium Politeknik Pertanian Universitas Andalas, kami melakukan kegiatan praktek tersebut sesuai dengan prosedur kerja dan pengarahan dari dosen pembimbing namun karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami miliki kami hanya menghasilkan biji sebagai berikut :
·        Biji mangga
          Setelah melakukan pengamatan selama 3 minggu biji mangga yang ditanam serbanyak 2 biji, namun tidak ada yang tumbuh,hal ini disebabkan oleh tidak  mendapatkan biji  mangga yang tidak  layak dijadikan bibit saat melakukan  praktek di Politeknik Pertanian Universitas Andalas, mangga yang diberikan masih terlalu muda untuk dijadikan bibit, hal tersebut sangat mempengaruhi hasil praktikum karena mangga yang kami jadikan bahan praktek tidak mempunyai kemampuan untuk berkecambah. Maka dari itu walaupun mangga tersebut sudah diberi perangsang IAA tapi tetap saja tidak mampu untuk tumbuh dengan baik karena biji mangga yang muda akan mengecil bila dijemur. Dan faktor inilah menyebabkan kegagalan dalam mengecambahkan biji mangga ini.
·         Biji jeruk
            Pada biji jeruk kami juga mandapatkan permasalahan yang hampir sama dengan mangga, dimana biji jeruk  yang kami semai hanya 4 yang tumbuh, hal ini disebkan oleh kematangan buah yang belum sempurna, sehingga biji yang digunakan masih muda. Tahap-tahap yang dilakukan sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah di ajarkan. Penyiraman bibit juga telah dilakukan dengan teratur.
·        Bawang merah
.         Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, dari 10 buah bawang merah yang di semai, tumbuh 100%. Bawang merah memiliki tingkatan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang lain karena bawang merah memiliki air dan lapisan kulitnya sangat tipis, bawang merah juga bisa tumbuh dimana saja baik pada seedbed, polibag maupun lapangan terbuka dengan catatan kelembabannya tidak terlalu tinggi dan jangn sampai air tergenang karena bawang merah sangat rentan pada kelembaban yang tinggi yang bisa menyebabkan bawang merah busuk.  Dan bawang merah yang kami semai memiliki daya kecambah 100%.
·         Kelapa sawit
           Kelapa sawit yang kami jadikan sebagai bahan pratek sudah layak dijadikan benih namun kelapa sawit yang kami tanam tidak tumbuh sama sekali, kemungkinan kami melakukan kesalahan atau kurang teliti terhadap pengarahan yang diberikan oleh dosen. Dan kemungkinan lain karena kulitnya yang keras dan proses perendaman didalam H2SO4 kurang sempurna.

·         Melinjo
             Biji melinjo yang kami jadikan untuk praktek kali ini sudah dikategorikan biji yang bagus, dan sebelum disemaikan biji ini juga telah kami lakukan penyeleksian, namun kami tidak juga mendapatkan hasil seperti yang kami inginkan yaitu tidak ada satupun biji melinjo yang hidup, mungkin biji melinjo ini membutuhkan sedikit  matahari untuk berkecambah.

V. KESIMPULAN
           Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan diatas adalah bawang merah sangat mudah berkecambah dibandingkan dengan yang lain, hal tersebut dikarenakan bawang merah memiliki kulit yang sangat tipis. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa pematahan masa dormansi tidak mudah, karena butuh ketelitian dan kehati-hatian untuk mendapatkan hasil yang maksimum.












V. DAFTAR PUSTAKA
Elita, N,. dkk. 2008. Buku kerja praktek mahasiswa. Dasar-Dasar Agronomi.   Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Payakumbuh.
Erlida, Rita dan Syafrison. 2002. Teknologi Benih dan Perbanyakan Tanaman.  Politeknik Pertanian Universitas Andalas.  Payakumbuh.
Kuswanto,  H,. 1996.   Dasar-dasar Teknologi,  Produksi dan Sertifikasi Benih.   Andi.  Yogyakarta
Kuswanto, H,.  Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.    Kanisius.  Yogyakarta
Kamil, J. 1992. Teknologi Benih. Penebar Swadaya, Jakarta. 58 hal
Qamaramugnisjah,  W,. Asep, S,.  MS,.   1995.   Produksi benih.   Bumi Aksara.   Jakarta
Rukmana, Ir. Rahmat. 1994. Hormon Tumbuh. Kanisius, Yogyakarta.