LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN DAN PEMATAHAN
MASA DORMANSI
OLEH :
ELVIN SURYANA
BP. 1101361001
DOSEN PEMBIMBING :
Ir. Hj. NELSON ELITA, MP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2012
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benih adalah bagian dari tanaman yang
digunakan untuk memperbanyak atau mengkembangbiakkan tanaman itu sendiri. Benih yang baik dapat
diperoleh dari biji yang baik, biji merupakan hasil dari penyerbukan suatu tanaman
berupa mahluk hidup yang melakukan pernapasan (respirasi) dan
mengeluarkan energi
berupa panas. Energi yang
terbentuk selama pernapasan
digunakan untuk perombakan
dan penguraian zat-zat kimia dalam biji. Di dalam biji terkandung zat
kimia seperti karbohidrat (amilosa dan amilopektis) yang merupakan bagian
terbesar dari biji, namun lain halnya pada jeruk (Ricinus comunis) yang tidak mengandung karbohidrat
tetapi hanya lemak.
Dengan
menggunakan energi dan air zat
kimia yang kompleks
dalam biji diubah menjadi zat kimia yang
sederhana dan mudah
larut dalam air, zat
ini dibawa ke bagian titik tumbuh biji (embrio).
Sampai saat
ini meskipun benih merupakan salah satu faktor yang dapat memaksimumkan hasil
produksi, masalah benih di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang cukup
memadai dari kalangan ilmuan bidang pertanian sehingga seringkali tanaman tidak
mencapai hasil yang maksimum. Saat ini benih hanya dianggap sebagai salah satu
sarana produksi dalam budidaya tanaman padahal petani sangat membutuhkan benih
yang bermutu dan hal ini bisa dijadikan peluang usaha bagi ilmuan yang
memfokuskan diri di bidang perbenihan karena saat ini petani tidak hanya
membutuhkan biji yang sekadar dapat hidup atau tumbuh, tetapi sebagai tanaman
embrional mini yang dapat dipertanggung jawabkan mutu fisik dan fisiologisnya
untuk tumbuh dan berkembang secara maksimum.
Dormansi
yaitu biji yang tidak dapat berkecambah walaupun keadaan lingkungan
menguntungkan. Adapun biji yang mengalami masa dormansi yang disebabkan karena:
·
Adanya zat penghambat
·
Kulit biji yang keras
·
Embrionya yang dorman (dalam keadaan istirahat)
Senyawa
kimia yang terdapat pada daging buah atau pada biji itu sendiri dapat menjadi
zat penghambat, misalnya HCL (asam cianida). Zat penghambat ini dapat
dihilangkan dengan beberapa cara:
1.
Merendan atau mencuci biji tersebut dengan air.
2.
Memperlakukan biji dengan suhu yang berbeda, dengan interval suhu antara
12 derajat celcius sampai 30 derajat celcius.
3.
Zat penghambat itu dapat dihilangkan dengan sendirinya akibat penebarannya
dalam tanah dan juga akibat penetralan zat kimia yang berada dalam tanah.
Pada
umumnya benih dapat berkecambah pada suhu 18-31 derajat celcius karena
persediaan air dalam biji cukup, biji mampu tumbuh tanpa menyerap airdari luar
terlebih dahulu, kemudian disemai tidak mampu tubuh sempurna karena keadaan
lingkungan tidak menguntungkan. Keadaan inilah yang menyebabkan embrio tumbuh
dalam biji (internal sprouting) atau biji tumbuh sewaktu dalam buah (papaya,
melon, jeruk) , dalam hal ini pematangan biji diambil dari hasil proses
pematangan buah. Oleh karena itu selain lingkungan diatas, tingkat ketuaan biji
sangat menentukan. Makin tua biji suatu tanaman akan makin cepat biji tersebut
berkecambah.
Meresapmya air melelui kulit
biji kedalam biji sangat dipengaruhi oleh beberapa factor:
·
Permeabilitas ( kemudian kulit biji ditembus air) melalui proses
imbibisi.
·
Umur biji yang cukup tua, lebih mudah melakukan proses imbibisi sesuai
kandungan air dalm biji yang telahmenyusut.
Dormansi adalah suatu keadaan
berhenti tumbuh
yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi
atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu
dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi
Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman.
Yang termasuk dormansi fisik adalah:
·
Impermeabilitas kulit biji terhadap
air
Benih-benih yang menunjukkan tipe
dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae,
Malvaceae, Solanaceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding
tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan
lilin.
·
Resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embri
Pada tipe dormansi ini, beberapa
jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang
cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan
maka embrio akan tumbuh dengan segera
·
Adanya zat penghambat
Penghambat perkecambahan terdapat
dibeberapa tempat dalam buah atau biji. Zat penghambat yang paling sering
dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi
dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormasi
fisiologis (embrio)
Pada tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih yang dibedakan atas
morfologi dan fisiologi.
·
Morfologi
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya
atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar
dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari
kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih
dengan embrio yang belum sempurna dijumpai contohnya pada Aracaceae (palm).
Pada benih-benih dengan tipe dormansi ini karena embrionya belum sempurna,
sehingga perkecambahannya perlu ditunda, untuk itu benih-benih ini sebaiknya
ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna.
Fisiologis(ketidakmasakanembrio)
Benih-benih
dengan tipe dormansi secara fisiologis belum masak, artinya belum mampu
membentuk zat yang diperlukan untuk perkecambahan. Benih-benih ini biasanya
ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya
tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. Jangka
waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa
tahun tergantung jenis benih.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum adalah :
1.
Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang benih
2.
Mengetahui
benih yang mengalami masa dormansi
3.
Dapat melakukan penanganan dan pematahan benih yang mengalami masa dormansi
4.
Melindungi biji dari serangan hama dan penyakit
5.
Melakukan pengamatan terhadap biji yang akan dijadikan
sebagai benih
6.
Mendapatkan biji yang bermutu
II.
PELAKSANAAN PRATIKUM
Tanaman yang akan
dilakukan perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji adalah mangga,
jeruk, bawang merah, apel, melinjo dan kelapa sawit dengan alat dan bahan yang
digunakan antara lain :
Alat :
a.
Seed bed
b.
Pisau
c.
Batu Asah
d.
Kantong Plastik
e.
Kantong Kertas
f.
Bahan :
a.
Mangga
b.
Jeruk
c.
Bawang
merah
d.
Melinjo
e.
Kelapa
sawit
f.
H2SO4 1-5 %
g.
ZPT IAA
h.
Tanah dan pupuk kandang
Pelaksanaan
:
1. Pelaksanan
Minggu I
Ø Seleksi biji dan kupas
kulit biji serta bersihkan kulit umbi bawang merah
Ø Simpan biji yang telah
diseleksi selama 1 minggu
Ø Amati selama penyimpanan
biji dan umbi tersebut
2. Pelaksanaan
Minggu II
a. Persiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
Gambar 1. Alat dan bahan Yang digunakan
b.
Lakukan
pematahan masa
dormansi dengan memberikan perlakuan :
·
Merendam biji dengan menggunakan IAA selama 15 menit
untuk biji mangga,jeruk, dan melinjo.
·
Untuk bawang merah, biji tidak kita rendam secara
keseluruhan akan tetapi dengan memotong 1/3 bagian pada bagian atas kemudian
dicelupkan pada cairan IAA
Gambar 2. Bawang Yang dicelupkan
· Untuk
kelapa sawit pematahan masa dormansi dilakukan dengan merendam biji kelapa
sawit dengan larutan h2so4 selama satu jam.
· Setelah
dilakukan pematahan masa dormansi, biji dikecambahkan pada seedbed yang telah berisi media
tanah dan pupuk kandang serta lakukan penyiraman yang bertujuan untuk menjaga
kelembaban biji, selama biji dikecambahkan jangan sampai tergenang karena akan
membuat biji menjadi busuk
Gambar 3. Bibit Yang Dikecambahkan
· Lakukan
pengamatan terhadap biji yang dikecambahkan tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
|
Komoditi
|
Di
kecambahkan
|
% tumbuh
|
Titik
tumbuh
|
Jumlah
daun
|
|
Sawit
|
2 biji
|
0
|
-
|
-
|
|
Melinjo
|
22 biji
|
0
|
-
|
-
|
|
Mangga
|
2 biji
|
0
|
-
|
-
|
|
Jeruk
|
26 biji
|
15,3
%
|
-
|
-
|
|
Bawang
merah
|
10 buah
|
100%
|
30cm
|
7 helai
|
3. 2 Pembahasan
Berdasarkan praktek yang telah
dilaksanakan di laboratorium Politeknik Pertanian Universitas Andalas, kami
melakukan kegiatan praktek tersebut sesuai dengan prosedur kerja dan pengarahan
dari dosen pembimbing namun karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami miliki kami
hanya menghasilkan biji sebagai berikut :
·
Biji
mangga
Setelah melakukan pengamatan selama 3 minggu biji mangga
yang ditanam serbanyak 2 biji, namun tidak ada yang tumbuh,hal ini disebabkan
oleh tidak mendapatkan biji mangga yang tidak layak dijadikan bibit saat melakukan praktek di Politeknik Pertanian Universitas
Andalas, mangga yang diberikan masih terlalu muda untuk dijadikan bibit, hal
tersebut sangat mempengaruhi hasil praktikum karena mangga yang kami jadikan
bahan praktek tidak mempunyai kemampuan untuk berkecambah. Maka dari itu
walaupun mangga tersebut sudah diberi perangsang IAA tapi tetap saja tidak mampu untuk tumbuh dengan baik
karena biji mangga yang muda akan mengecil bila dijemur. Dan faktor
inilah menyebabkan kegagalan dalam mengecambahkan biji mangga ini.
·
Biji
jeruk
Pada biji jeruk kami juga mandapatkan
permasalahan yang hampir sama dengan mangga, dimana biji jeruk yang kami semai hanya 4 yang tumbuh, hal ini disebkan oleh
kematangan buah yang belum sempurna, sehingga biji yang digunakan masih muda.
Tahap-tahap yang dilakukan sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah di
ajarkan. Penyiraman bibit juga telah dilakukan dengan teratur.
·
Bawang
merah
. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, dari 10 buah bawang
merah yang di semai, tumbuh 100%. Bawang merah memiliki tingkatan pertumbuhan
yang lebih cepat dibandingkan dengan yang lain karena bawang merah memiliki air
dan lapisan kulitnya sangat tipis, bawang merah juga bisa tumbuh dimana saja
baik pada seedbed, polibag maupun lapangan terbuka dengan catatan kelembabannya
tidak terlalu tinggi dan jangn sampai air tergenang karena bawang merah sangat
rentan pada kelembaban yang tinggi yang bisa menyebabkan bawang merah
busuk. Dan bawang merah yang kami semai
memiliki daya kecambah 100%.
·
Kelapa
sawit
Kelapa sawit yang kami jadikan sebagai bahan pratek sudah
layak dijadikan benih namun kelapa sawit yang kami tanam tidak tumbuh sama
sekali, kemungkinan kami melakukan kesalahan atau kurang teliti terhadap
pengarahan yang diberikan oleh dosen. Dan kemungkinan lain karena kulitnya yang keras dan
proses perendaman didalam H2SO4 kurang sempurna.
·
Melinjo
Biji melinjo yang kami jadikan
untuk praktek kali ini sudah dikategorikan biji yang bagus, dan sebelum
disemaikan biji ini juga telah kami lakukan penyeleksian, namun kami tidak juga
mendapatkan hasil seperti yang kami inginkan yaitu tidak ada satupun biji
melinjo yang hidup, mungkin biji melinjo ini membutuhkan sedikit matahari untuk berkecambah.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil
pembahasan diatas adalah bawang merah sangat mudah berkecambah dibandingkan
dengan yang lain, hal tersebut dikarenakan bawang merah memiliki kulit yang
sangat tipis. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa pematahan masa dormansi
tidak mudah, karena butuh ketelitian dan kehati-hatian untuk mendapatkan hasil
yang maksimum.
V. DAFTAR PUSTAKA
Elita, N,. dkk. 2008. Buku
kerja praktek mahasiswa. Dasar-Dasar
Agronomi. Politeknik Pertanian
Universitas Andalas. Payakumbuh.
Erlida, Rita dan Syafrison. 2002. Teknologi Benih dan Perbanyakan Tanaman. Politeknik Pertanian
Universitas Andalas. Payakumbuh.
Kuswanto, H,. 1996.
Dasar-dasar Teknologi, Produksi
dan Sertifikasi Benih. Andi. Yogyakarta
Kuswanto, H,. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan
Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta
Kamil, J. 1992. Teknologi
Benih. Penebar Swadaya, Jakarta. 58 hal
Qamaramugnisjah, W,. Asep, S,.
MS,. 1995. Produksi benih.
Bumi Aksara. Jakarta
Rukmana, Ir. Rahmat. 1994.
Hormon Tumbuh. Kanisius, Yogyakarta.
